Jumat, 20 Maret 2009

TARUNA NUSANTARA






Pada tanggal 14 Juli 1990, sebuah sekolah menengah atas yang berlokasi di Jl. Raya Purworejo Km5, Magelang, diresmikan langsung oleh Panglima ABRI Jenderal TNI Try Sutrisno, dengan nama SMA Taruna Nusantara.



Sekolah yang menggunakan tanah sumbangan Akmil seluas 18,5 hektar ini pembentukannya bermula dari ide Menhankam RI Jenderal TNI L.B. Moerdani pada tanggal 20 Mei 1985 di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta.



Dari ide beliau inilah kemudian dibentuk kerjasama antara ABRI dan Taman Siswa. ABRI melalui Yayasan Kejuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman, sedang dari pihak Taman Siswa melalui Yayasan Kebangkitan Nasional. Selanjutnya kedua yayasan ini membentuk suatu lembaga pendidikan yaitu Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN) yang piagam kerjasamanya ditandatangani pada tanggal 20 Mei 1989.



Peletakan batu pertama pada bulan Oktober 1989 mengambil tempat di Desa Pirikan Panca Arga, Kabupaten Magelang berdekatan dengan kompleks Lembah Tidar Akademi Militer. Kemudian pada bulan Mei 1990 diadakanlah seleksi terhadap calon pamong (guru) SMA Taruna Nusantara di Mabes ABRI Cilangkap. Selanjutnya pada tahun ajaran 1990/1991 SMA Taruna Nusantara mulai menerima siswa baru angkatan I yang berasal dari seluruh tanah air dan telah lolos seleksi ketat.



Kurang dari dua tahun setelah berdiri, setelah melalui tahap akreditasi yang berlaku, pada tanggal 2 Maret 1992 SMA TN ditingkatkan statusnya menjadi DISAMAKAN.


Mulai 1996 jumlah kelas ditambah menjadi 9 dengan diterimanya siswa putri sebanyak 72 orang yang dilaksanakan secara ko-edukasi.



Pada tahun 1993 dilaksanakan wisuda pertama dengan hasil 100% lulus dengan prestasi: NEM tertinggi 62,82, NEM terendah 44,34 dan NEM rata-rata 53,94



Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah tentang wajib belajar 9 tahun maka diadakan penataan SD, SLTP, SLTA, dimana SLTA dikelompokkan menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan demikian memasuki T.P. 1995/ 1996 nama SMATN berubah menjadi SMUTN. Pada tahun 2004 berubah lagi menjadi SMATN, mengikuti kebijakan pemerintah dan menggunakan Kurikulum 2004.


Penyelenggaraan pendidikan SMA TN diarahkan sesuai haluan LPTTN yang berisikan tiga wawasan (Tri Wawasan), yaitu wawasan kebangsaan, wawasan kejuangan, dan wawasan kebudayaan. Setiap langkah dan upaya pencapaian tujuan pendidikan harus diwarnai dan dijiwai Tri Wawasan tersebut.







Wawasan Kebangsaan
Implementasi dari wawasan ini terletak dalam pembinaan kehidupan berasrama penuh yang dikembangkan secara luas dan menjadi nafas kehidupan sehari-hari yang kesemuanya bermuara pada persatuan dan kesatuan bangsa.


Wawasan Kejuangan
Implementasi wawasan ini berupa pembinaan jiwa kejuangan yang tinggi terhadap tugas-tugas, tidak mudah putus asa, etos kerja keras dan disiplin tinggi, serta berorentasi prestasi.


Untuk itu siswa diberikan iklim kompetisi yang tinggi, tantangan-tantangan berupa tugas-tugas yang dapat menggali pengerahan potensi siswa baik bidang akademis, kepribadian maupun jasmani, yang juga akan merangsang pengembangan kreativiasnya.


Wawasan Kebudayaan
Implementasi dari wawasan ini adalah terciptanya masyarakat mini Pancasila di dalam kehidupan kampus SMA TN. Nilai-nilai dasar yang bersumber dari budaya dasar bangsa Indonesia dikembangkan sccara intensif melalui pengaturan kehidupan sehari-hari. Cara hidup yang sesuai dengan budaya dasar bangsa tersebut tercermin dalam sistem pamong yang saling asah asih asuh dan bersendikan kekeluargaan dan kebersamaan.


Penanaman etika dan tatakrama serta norma-nonna masyarakat, pola hidup sederhana dan saling membantu serta kerja sama. Etos kerja keras dan disiplin tinggi yang tetap dipadu dengan pengembangan kreativitas serta kemampuan apresiasi terhadap hasil-hasil budaya. Selain itu dikembangkan kemampuan atau daya saing terhadap arus budaya asing yang semakin deras.


Tonpara
Tonpara adalah Peleton Upacara. Tonpara terbentuk pada tanggal 14 Juli 1992. Tonpara terbentuk karena dalam perkembangannya di suatu sekolah diperlukan adanya suatu petugas yang bertanggung jawab khusus terhadap tata upacara yang berlangsung di sekolah. Dalam perkembangannya TONPARA di SMA TARUNA NUSANTARA, mempunyai suatu keistimewaan dalam urusan Tata Upacara Bendera dan Peraturan Baris Berbaris.


Setiap anggota TONPARA telah melewati suatu seleksi khusus untuk menjadi anggota peleton ini, tahapan-tahapan tes yang biasa dilakukan adalah
Test administrasi
Dalam test ini diperlukan data yang jelas dan kelengkapan-kelengkapan yang harus dimiliki oleh setiap Calon Tonpara (CAPARA), Didalam test ini sudah mulai disaring siswa-siswa yang terlihat cakap dalam kelengkapan test administrasinya.

Test PBB
Setiap CAPARA harus memiliki kemampuan dasar PBB yang potensial untuk diasah dan dikembangkan, karena ciri khas TONPARA ialah identik dengan PBB-nya yang lebih baik dari kebanyakan siswa. Test PBB ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu test yang berupa gerakan dan test suara. Lengkingan suara TONPARA berbeda dengan jeritan para siswa pada umumnya.
Test Kreativitas
Setelah para CAPARA disaring melalui test PBB, para CAPARA harus mengikuti lagi serangkaian test. Test yang berikutnya adalah test kreativitas. Dalam test ini para CAPARA harus mampu menampilkan kreativitasnya, misalnya dalam menggambar, seorang CAPARA harus mampu menunjukkan gambar yang berkaitan dengan TONPARA. Ditambah juga dengan test orientasi, karena di dalam tubuh TONPARA harus ada ikatan batin yang kuat, untuk memulainya maka diantara TONPARA harus saling mengenal, baik senior dengan yunior ataupun sesama angkatannya.

Test Berdialog
Sebagai seorang anggota TONPARA, tidak hanya harus bisa berbaris, TONPARA juga harus ikut andil dalam kemajuan angkatannya dengan dapat berbicara dan berdialog di depan umum. Itu tujuan dari test ini.

Test Wawancara
Test wawancara dilakukan sebanyak dua kali, yaitu test wawancara dari pamong yang secara khusus memberikan rekomendasi mana CAPARA yang berhak menjadi anggota TONPARA, dan yang kedua adalah test wawancara dari abang, dalam test ini dilakukan test puncak untuk menentukan siapa saja yang berhak menjadi anggota TONPARA. Biasanya di akhir test banyak anggota CAPARA yang terharu, sedih, menangis, karena ada yang menjadi TONPARA dan ada yang tetap menjadi CAPARA. Tetapi di dalam tubuh TONPARA semua CAPARA adalah termasuk keluarga.

Anggota TONPARA dihadapkan dengan segala sesuatu tugas yang berkaitan dengan upacara dan PBB. Jadi setiap acara yang berlangsung TONPARA pasti menjadi bagian dari acara tersebut, karena di SMA TARUNA NUSANTARA segala sesuatu pasti ada acara seremonialnya.

Dalam struktur organisasi OSIS, TONPARA berada dibawah seksi II-A, Pembinaan Mental Ideologi. Setiap angkatan terdiri dari 26 orang dan dipilih satu orang Komandan Peleton (Danton), dan satu orang Wadanton. Dalam OSIS, TONPARA berada di dalam satu sub seksi yang dipimpin satu subsie.

Anggota TONPARA selalu :
MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATAN, LOYAL DALAM TUGAS,
DAN PANTANG MENYERAH
Semoga pengutahuan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis: Nanda Aji